Senin, 04 Juli 2016

AKU DAN KAIRO



“AKU DAN KAIRO”
Tepat pada pukul 02.00 itu aku dibangunkan oleh ibuku. Aku harus berangkat ke bandara sekitar pukul 03.30, karena aku harus pergi ke Kairo untuk melanjutkan pendidikanku disana. Sungguh waktu yang amat sangat cepat berlalu, karena ku rasa aku seperti masih duduk di bangku sekolah dasar.
Aku bersiap-siap untuk mandi sementara itu ibuku mempersiapkan perlengkapanku yang harus dibawa kesana, perlengkapannya sangat banyak karena aku akan menetap disana selama beberapa tahun sampai lulus.

Setelah mandi aku berwudhu untuk melaksanakan shalat malam, aku berdo’a diantara shalat kepada Allah agar aku dilancarkan dalam perjalanan dan dimudahkan dalam menghadapi berbagai hal di tempat yang akan aku tuju untuk melanjutkan pendidikanku atas kemauan aku dan almarhum ayahku.
Rasanya sangat berat sekali meninggalkan keluarga di Indonesia yang begitu aku cintai ke negeri orang yang sangat jauh, apalagi suasana kekeluargaan disetiap harinya dirumah. Aku pasti akan merindukan semuanya.
Selesai melaksanakan shalat malam, aku keluar dari kamarku dan mengucapkan selamat tinggal dengan kamarku itu yang penuh dengan lafadz-lafadz Allah. Diluar ; ibu, adik-adikku dan sanak saudaraku sudah bersiap-siap untuk mengantarku ke bandara. Saat itu suasana bahagia bercampur haru masih terasa.

Sebelum kami berangkat ke bandara, kami berdo’a terlebih dahulu untuk keselamatan dijalan khususnya untuk aku yang akan melanjutkan pendidikan di tanah Mesir itu, pamanku yang memimpin do’a tersebut.
Diperjalanan menuju bandara, aku mengingat semua kenanganku bersama keluargaku saat ada di rumah ataupun saat berjalan-jalan bersama, aku sempat meneteskan air mata karena aku takut aku tidak bisa kembali ke rumah keluargaku tercinta itu. Aku begitu sangat menyayangi mereka, dan aku pun sangat merindukan ayah yang saat ini mungkin sudah senang berada di surga. Namun malam kemarin, aku bermimpi bertemu dengan ayahku, beliau berpesan kepadaku agar aku selalu mengabarkan keadaanku saat di Kairo kepada keluargaku dirumah, setelah itu aku kembali terbangun. Itu adalah mimpi yang sangat indah bagiku karena dapat bertemu dengan ayahku yang sudah tiada walaupun hanya sebentar saja.

Ketika sudah sampai di bandara, keluargku memelukku erat termasuk ibuku yang sangat erat memelukku dan menciumiku, aku begitu sedih saat itu ditambah semua anggota keluargaku meneteskan air mata tanda bahagia karena aku dapat melanjutkan pendidikanku di Kairo atas saran almarhum ayahku.
Aku bergegas menaiki pesawat yang sudah ada didepanku dan terpaksa harus meninggalkan negeriku tercinta Indonesia dan juga harus berpisah dengan ibu, adik dan sanak saudaraku yang lain demi membuat mereka bangga juga atas prestasi yang akan aku capai nanti. Aku ingin seperti ayahku yang waktu masih hidup ia mampu membuat semua keluarganya bangga atas apa yang ia raih. Ia sudah menjadi ulama besar sekaligus menjadi seorang profesor di sebuah Universitas unggulan.

Di dalam pesawat aku tidak banyak bertingkah, yang aku lakukan hanyalah berdzikir kepada Allah dan mendengarkan tausyiah-tausyiah yang ayahku lakukan selama hidupnya yang masih aku simpan di dalam ponselku.
Bunyi adzan di ponselku membuatku terbangun ketika aku sudah agak tertidur, aku pun bergegas untuk melakukan shalat subuh di dalam pesawat, kebetulan ada tempat untukku shalat. Hatiku sangat tenang setelah melakukan shalat subuh.

Tepat jam 09.00 aku tiba di salah satu bandara terbesar di Mesir, dan aku pun segera mengemasi barang-barangku dan langsung menaiki sebuah mobil seperti sedan, dan aku pun diantarkan sebuah tempat yang cukup indah bagiku namun cuacanya sangat panas. Tempat itulah yang akan aku diami selama beberapa tahun ke depan, yaitu kota Kairo tempat pendidikan baruku.

Aku segera mengabarkan ibuku di rumah, dan ibuku sangat merasa lega karena aku sudah tiba di Kairo. Namun aku belum berada di tempat tujuanku, yaitu Universitas Kairo. Sebelum ke sana, aku menginap terlebih dahulu disebuah motel yang harga sewanya cukup murah yaitu 10 real. Aku akan menuju Universitas Kairo esok harinya, karena ketika di negeri asalku aku sudah diberitahu untuk memasukinya saat hari senin. Sebelumnya, aku sudah diterima di Universitas tersebut karena aku mendapatkan beasiswa dari sekolahku sebelumnya, dan ini sedikit lebih meringankan beban orangtuaku di rumah.

Tepat pukul 12.00 waktu Kairo, adzan berkumandang di masjid dekat motel yang aku singgahi, aku pun melaksanakan shalat disana. Dipertengahan adzan aku sudah tiba di masjid; subhanallah adzan belum selesai saja, jamaah dimasjid itu sudah sampai membumbung keluar, aku pun terpaksa harus mengikuti shalat dzuhur berjamaah dilantai yang beralaskan karpet diluar masjid. Aku sangat bangga sekali melihat para umat islam yang ada di Kairo ini, sungguh sangat takjub, coba saja dinegaraku seperti ini. Bukan pada hari idul fitri atau idul adha saja banyak orang di mesjid, tetapi dihari biasa juga harus seperti ini.

Aku pun melaksanakan shalat dzuhur berjamaah dengan khuysuk bersama para jamaah lainnya. Subhanllah, suara imam di masjid tersebut sangatlah indah, sampai-sampai aku merinding ketika dibacakannya salah satu surat di Al-Qur’an. Betapa indahnya tempat yang akan aku diami selama beberapa tahun ini.
Keesokan harinya aku begegas meninggalkan motel dan langsung menuju Universitas Kairo yang jaraknya 4km dari motel yang aku tempati itu. Aku menuju kesana menggunakan kendaraan yang kemarin aku tumpangi, kebetulan aku ditemani oleh seorang utusan dari negeri asalku, ia adalah pengurus sekolah di sekolah lamaku, ia bertugas untuk membimbingku selama di Mesir. Aku tiba di Universitas Kairo sekitar pukul 09.00 pagi bersama pengurus sekolah lamaku. Aku pun mengurus administrasi terlebih dahulu dengan ditemani oleh pengurus sekolahku.

Jurusan yang aku ambil adalah jurusan Sastra Arab, karena almarhum ayahku juga mengambil jurusan tersebut, dan kebetulan aku juga sangat menyukainya. Aku ingin menjadi seorang penulis yang hebat dan juga menjadi seorang ulama besar seperti ayahku. Di samping melakukan pendidikan dalam bidang Sastra Arab aku pun mendalami ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu ekonomi, politik, tentunya ilmu agama khususnya agama islam.

Disana, aku banyak mendapat pelajaran dan kekeluargaan yang begitu harmonis, karena aku tinggal disebuah pondok seperti pesantren di Indonesia. Setiap malam aku bersama temanku melaksanakan shalat malam, mengaji, mengagung-agungkan nama Allah dan tak lupa melaksanakan puasa senin kamis seperti halnya yang aku lakukan di Indonesia bersama dengan keluargaku.

Tidak terasa aku sudah berada di Kairo kurang lebih 2,5 tahun. Aku pun tak pernah lupa mengabari ibuku yang ada di Indonesia. Aku rindu kampung halamanku, aku ingin segera lulus dan menemui keluargaku disana. Namun aku harus menunggu 1,5 tahun lagi untuk menyelesaikan kuliahku ini.

Ketika itu, saat aku sedang melaksanakan ujian tengah semester bersama teman-teman sebayaku, aku mendengar suara ledakan di arah bawah, karena aku sedang melaksanakan ujian di lantai atas. Semua isi ruangan sangat terkejut termasuk aku, yang tadinya tenteram sekarang menjadi tidak aman terkendali, semua mata tertuju ke arah ledakan. Namun ledakan tersebut hanya berlangsung sebentar dan aktivitaspun normal kembali, kami pun kembali menuju ruangan untuk menyelesaikan ujian. Awak kepolisian pun segera datang untuk meninjau lokasi ledakan, namun tidak ada jejak sang peledak tersebut.

Keesokan harinya ketika semua mahasiswa sedang melaksanakan shlat Jum’at ledakan pun kembali terjadi, tepatnya di belakang masjid, beberapa kendaraan pun terbakar, dan ada 2 orang korban tewas. Aku sangat ketakutan, sebenarnya apa yang sedang terjadi saat itu, aku pun langsung mengingat nama Allah dan mengingat keluargaku dirumah. Aku takut menjadi korban selanjutnya. Polisi pun segera mengatasi masalah ini, namun belum ada daftar nama tersangka karena tersangka sangat sulit untuk diketahui.

Setelah kurang dari satu bulan tak ada suara ledakan, kembali lagi ada ledakan di tempat kuliahku. Ledakan kali ini cukup dahsyat, ledakan tersebut membuat sebagian lantai atas terbakar dan rusak parah. Kemudian kampusku pun diliburkan sementara untuk perbaikan. 13 kawan seperjuanganku tewas ditempat, dan sedihnya lagi salah satu sahabatku menjadi korban, aku sangat terpukul atas kabar tersebut. Namun aku tetap sabar dan berserah diri kepada Allah, dan ibuku pun meneleponku saat malam. Ibuku menanyakan kabarku apakah baik-baik saja karena ibuku tahu melalui media televisi bahwa di kampusku telah terjadi ledakan, ia sangat khawatir terhadapku. Aku pun mengabari ia bahwa aku baik-baik saja disini. Aku takut ibuku cemas mendengar aku pun mengalami ketakutan.

Aku dan teman-temanku mengungsi ke tempat yang lebih aman agar kami terhindar dari marabahaya. Polisi telah menyelidiki pelaku pengeboman tersebut, pelaku diduga seorang teroris atau banyak juga yang mengatakan bahwa yang melakukan hal tersebut adalah anggota ISIS, tetapi hal tersebut belum tentu benar adanya. Aku tidak memberi kabar kepada ibuku bahwa aku sedang mengungsi aku takut ibuku khawatir terhadapku.

Hampir setiap hari di Kairo banyak sekali suara ledakan dan bangunan-bangunan pun banyak yang roboh, termasuk kampusku tercinta. Ibu mengetahui bahwa tempat kuliahku rusak parah, dan aku pun langsung memberi tahu ibu kalau aku sedang mengungsi bersama teman-temanku ke tempat yang lebih aman. Awalnya ibuku menyuruhku untuk kembali ke Indonesia, namun aku masih ingin tetap berada di Kairo menunggu keputusan dari pihak Universitas Kairo tentang keberlangsungan pendidikan yang banyak tertunda mengingat bangunannya sudah banyak yang rusak.

Salah satu temanku mengajakku untuk memerangi si pelaku pengeboman, namun aku belum begitu berani untuk melakukannya, tetapi ia tetap memaksa karena ia sangat marah terhadap si pelaku karena si pelaku telah banyak menyengsarakan masyarakat banyak khususnya Kairo. Aku dan teman-temanku yang lain pun berunjuk rasa terlebih dahulu di depan kantor DPR di Mesir menuntut agar kasus ini segera selesai, karena menurut kami pemerintah disana tidak serius mengusut masalah ini. Ketika itu kami merangsek masuk ke dalam kantor tersebut, namun terhalang oleh oknum polisi, kami pun kalah dengan pasukan mereka yang cukup banyak. Akhirnya kami pulang dengan tangan hampa.

Keesokan harinya kami berunjuk rasa kembali di alun-alun kota Mesir sambil meneriakkan nama Raja Mesir untuk turun tangan dan cepat mengusut tuntas kasus ini, dan sesekali kami berteriak juga kepada si teroris untuk kembali melakukan pengeboman terhadap kami saat itu kalau berani. Kami sangat kecewa terhadap pemerintahan Mesir yang seperti tidak menganggap serius kasus ini. Sementara banyak sekali korban yang berjatuhan saat pengeboman terjadi dan juga banyak bangunan-bangunan yang hancur.

4 hari kemudian, kami melakukan shalat Jum’at di sebuah masjid dekat kantor Raja Mesir, kami melihat disana sangatlah sepi seperti tidak ada karyawannya sama sekali. Kami bingung mengapa tidak ada yang bertanggungjawab atas kasus yang menimpa Kairo ini.

Ketika rakaat terakhir dan semua jamaah bersujud, terdengar suara ledakan yang sangat dahsyat dan sampai masuk ke dalam masjid, dan masjid pun sedikit roboh bagian pintu keluarnya dan lahan parkir. Kami yang ada di masjid tidak langsung keluar karena shalat Jum’at belum selesai dilaksanakan, sementara yang melakukan shalat Jum’at diluar sudah banyak yang mengalami mati syahid. Aku berdo’a di dalam hatiku agar aku tidak diambil nyawaku terlebih dahulu karena aku belum memberikan apapun terhadap ibuku, aku masih ingin menjalankan hidupku. Selesai shalat Jum’at kami semua mengucapkan takbir, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar..” dengan tiada hentinya, karena ledakan semakin merajalela. Bangunan-bangunan semuanya hampir hancur, hanya masjid yang tersisa, kami pun merangsek keluar, berbondong-bondong menyelamatkan diri. Ketika aku dan teman-temanku hendak berlari, tiba-tiba bangunan Mal didekat kami roboh seketika akibat ledakan di dalamnya yang sangat dahsyat, kami sudah pasrah dan berserah diri kepada Allah karena bangunan tersebut tepat di depan kami dan kami tidak dapat berlari lebih jauh lagi. Subhanallah kekuasaan Allah bangunan yang akan menimpa kami seketika tertahan oleh tiang listrik yang cukup besar, akhirnya kami pun selamat dari kematian yang sudah di depan mata, subhanallah Allahu Akbar. Kami pun langsung berlari ke tempat yang lebih aman lalu bersyukur atas pertolongan yang Allah berikan kepada kami.

Lambat laun pemerintah Mesir pun menanggapi kasus ini dengan serius, dan akan mengganti semua kerugian yang di alami oleh masyarakat Kairo. Pihak kepolisian di sana pun telah menembak mati teroris yang sangat keji itu, jumlahnya sekitar 100 orang lebih, alasan mereka melakukan hal tersebut adalah ingin menghancurkan Kairo karena Kairo adalah kota yang berpengaruh di Mesir.

Sembari menunggu kampusku normal kembali, aku pun menyempatkan untuk pulang ke Indonesia dan meninggalkan kawanku yang ada di Kairo. Aku pun sementara berkuliah di Indonesia dan alhamdulillah aku menjadi guru agama sementara di sebuah SMA di Bandung dan menjadi asissten dosen di Universitas di Jakarta. Sesekali aku pun berbagi pengalaman selama aku hidup di Kairo dengan berbagai cobaannya, mereka yang mendengarkan kisahku pun sangat menambah keimanannya dan aku pun cukup lega karena dapat selamat dan berjumpa keluargaku di Indonesia.

Beberapa bulan kemudian, kawanku yang ada di Kairo mengabarkan aku bahwa keadaan disana sudah jauh lebih baik dan tenteram, tak ada lagi suara ledakan, dan bangunan-bangunan pun sudah bagus kembali. Tadinya aku akan langsung kembali ke Kairo, namun aku harus menyelesaikan urusanku terlebih dahulu di Indonesia yaitu berbagi pengalaman kepada orang banyak.

Sepertinya aku akan kembali ke Kairo tahun depan meneruskan studiku disana dan bertemu kawan-kawanku lagi yang sangat baik dan mengajarkanku apa itu arti hidup. Aku akan meneruskan apa yang telah didapat oleh ayahku, aku tidak ingin mengecewakannya, apalagi ibuku. Aku akan datang kembali ke Kairo dengan semangat yang baru.