“AKU
DAN KAIRO”
Tepat pada pukul 02.00 itu aku dibangunkan oleh
ibuku. Aku harus berangkat ke bandara sekitar pukul 03.30, karena aku harus
pergi ke Kairo untuk melanjutkan pendidikanku disana. Sungguh waktu yang amat
sangat cepat berlalu, karena ku rasa aku seperti masih duduk di bangku sekolah
dasar.
Aku bersiap-siap untuk mandi sementara itu ibuku
mempersiapkan perlengkapanku yang harus dibawa kesana, perlengkapannya sangat
banyak karena aku akan menetap disana selama beberapa tahun sampai lulus.
Setelah mandi aku berwudhu untuk melaksanakan shalat
malam, aku berdo’a diantara shalat kepada Allah agar aku dilancarkan dalam
perjalanan dan dimudahkan dalam menghadapi berbagai hal di tempat yang akan aku
tuju untuk melanjutkan pendidikanku atas kemauan aku dan almarhum ayahku.
Rasanya sangat berat sekali meninggalkan keluarga di
Indonesia yang begitu aku cintai ke negeri orang yang sangat jauh, apalagi
suasana kekeluargaan disetiap harinya dirumah. Aku pasti akan merindukan
semuanya.
Selesai melaksanakan shalat malam, aku keluar dari
kamarku dan mengucapkan selamat tinggal dengan kamarku itu yang penuh dengan
lafadz-lafadz Allah. Diluar ; ibu, adik-adikku dan sanak saudaraku sudah
bersiap-siap untuk mengantarku ke bandara. Saat itu suasana bahagia bercampur
haru masih terasa.
Sebelum kami berangkat ke bandara, kami berdo’a
terlebih dahulu untuk keselamatan dijalan khususnya untuk aku yang akan
melanjutkan pendidikan di tanah Mesir itu, pamanku yang memimpin do’a tersebut.
Diperjalanan menuju bandara, aku mengingat semua
kenanganku bersama keluargaku saat ada di rumah ataupun saat berjalan-jalan
bersama, aku sempat meneteskan air mata karena aku takut aku tidak bisa kembali
ke rumah keluargaku tercinta itu. Aku begitu sangat menyayangi mereka, dan aku
pun sangat merindukan ayah yang saat ini mungkin sudah senang berada di surga.
Namun malam kemarin, aku bermimpi bertemu dengan ayahku, beliau berpesan
kepadaku agar aku selalu mengabarkan keadaanku saat di Kairo kepada keluargaku
dirumah, setelah itu aku kembali terbangun. Itu adalah mimpi yang sangat indah
bagiku karena dapat bertemu dengan ayahku yang sudah tiada walaupun hanya
sebentar saja.
Ketika sudah sampai di bandara, keluargku memelukku
erat termasuk ibuku yang sangat erat memelukku dan menciumiku, aku begitu sedih
saat itu ditambah semua anggota keluargaku meneteskan air mata tanda bahagia
karena aku dapat melanjutkan pendidikanku di Kairo atas saran almarhum ayahku.
Aku bergegas menaiki pesawat yang sudah ada didepanku
dan terpaksa harus meninggalkan negeriku tercinta Indonesia dan juga harus
berpisah dengan ibu, adik dan sanak saudaraku yang lain demi membuat mereka
bangga juga atas prestasi yang akan aku capai nanti. Aku ingin seperti ayahku
yang waktu masih hidup ia mampu membuat semua keluarganya bangga atas apa yang
ia raih. Ia sudah menjadi ulama besar sekaligus menjadi seorang profesor di
sebuah Universitas unggulan.
Di dalam pesawat aku tidak banyak bertingkah, yang
aku lakukan hanyalah berdzikir kepada Allah dan mendengarkan tausyiah-tausyiah
yang ayahku lakukan selama hidupnya yang masih aku simpan di dalam ponselku.
Bunyi adzan di ponselku membuatku terbangun ketika
aku sudah agak tertidur, aku pun bergegas untuk melakukan shalat subuh di dalam
pesawat, kebetulan ada tempat untukku shalat. Hatiku sangat tenang setelah
melakukan shalat subuh.
Tepat jam 09.00 aku tiba di salah satu bandara
terbesar di Mesir, dan aku pun segera mengemasi barang-barangku dan langsung
menaiki sebuah mobil seperti sedan, dan aku pun diantarkan sebuah tempat yang
cukup indah bagiku namun cuacanya sangat panas. Tempat itulah yang akan aku
diami selama beberapa tahun ke depan, yaitu kota Kairo tempat pendidikan
baruku.
Aku segera mengabarkan ibuku di rumah, dan ibuku
sangat merasa lega karena aku sudah tiba di Kairo. Namun aku belum berada di
tempat tujuanku, yaitu Universitas Kairo. Sebelum ke sana, aku menginap
terlebih dahulu disebuah motel yang harga sewanya cukup murah yaitu 10 real.
Aku akan menuju Universitas Kairo esok harinya, karena ketika di negeri asalku
aku sudah diberitahu untuk memasukinya saat hari senin. Sebelumnya, aku sudah
diterima di Universitas tersebut karena aku mendapatkan beasiswa dari sekolahku
sebelumnya, dan ini sedikit lebih meringankan beban orangtuaku di rumah.
Tepat pukul 12.00 waktu Kairo, adzan berkumandang di
masjid dekat motel yang aku singgahi, aku pun melaksanakan shalat disana.
Dipertengahan adzan aku sudah tiba di masjid; subhanallah adzan belum selesai
saja, jamaah dimasjid itu sudah sampai membumbung keluar, aku pun terpaksa
harus mengikuti shalat dzuhur berjamaah dilantai yang beralaskan karpet diluar
masjid. Aku sangat bangga sekali melihat para umat islam yang ada di Kairo ini,
sungguh sangat takjub, coba saja dinegaraku seperti ini. Bukan pada hari idul
fitri atau idul adha saja banyak orang di mesjid, tetapi dihari biasa juga
harus seperti ini.
Aku pun melaksanakan shalat dzuhur berjamaah dengan
khuysuk bersama para jamaah lainnya. Subhanllah, suara imam di masjid tersebut
sangatlah indah, sampai-sampai aku merinding ketika dibacakannya salah satu
surat di Al-Qur’an. Betapa indahnya tempat yang akan aku diami selama beberapa
tahun ini.
Keesokan harinya aku begegas meninggalkan motel dan
langsung menuju Universitas Kairo yang jaraknya 4km dari motel yang aku tempati
itu. Aku menuju kesana menggunakan kendaraan yang kemarin aku tumpangi,
kebetulan aku ditemani oleh seorang utusan dari negeri asalku, ia adalah
pengurus sekolah di sekolah lamaku, ia bertugas untuk membimbingku selama di
Mesir. Aku tiba di Universitas Kairo sekitar pukul 09.00 pagi bersama pengurus
sekolah lamaku. Aku pun mengurus administrasi terlebih dahulu dengan ditemani
oleh pengurus sekolahku.
Jurusan yang aku ambil adalah jurusan Sastra Arab,
karena almarhum ayahku juga mengambil jurusan tersebut, dan kebetulan aku juga
sangat menyukainya. Aku ingin menjadi seorang penulis yang hebat dan juga
menjadi seorang ulama besar seperti ayahku. Di samping melakukan pendidikan
dalam bidang Sastra Arab aku pun mendalami ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu
ekonomi, politik, tentunya ilmu agama khususnya agama islam.
Disana, aku banyak mendapat pelajaran dan
kekeluargaan yang begitu harmonis, karena aku tinggal disebuah pondok seperti
pesantren di Indonesia. Setiap malam aku bersama temanku melaksanakan shalat
malam, mengaji, mengagung-agungkan nama Allah dan tak lupa melaksanakan puasa
senin kamis seperti halnya yang aku lakukan di Indonesia bersama dengan keluargaku.
Tidak terasa aku sudah berada di Kairo kurang lebih
2,5 tahun. Aku pun tak pernah lupa mengabari ibuku yang ada di Indonesia. Aku
rindu kampung halamanku, aku ingin segera lulus dan menemui keluargaku disana.
Namun aku harus menunggu 1,5 tahun lagi untuk menyelesaikan kuliahku ini.
Ketika itu, saat aku sedang melaksanakan ujian
tengah semester bersama teman-teman sebayaku, aku mendengar suara ledakan di
arah bawah, karena aku sedang melaksanakan ujian di lantai atas. Semua isi
ruangan sangat terkejut termasuk aku, yang tadinya tenteram sekarang menjadi
tidak aman terkendali, semua mata tertuju ke arah ledakan. Namun ledakan
tersebut hanya berlangsung sebentar dan aktivitaspun normal kembali, kami pun
kembali menuju ruangan untuk menyelesaikan ujian. Awak kepolisian pun segera
datang untuk meninjau lokasi ledakan, namun tidak ada jejak sang peledak
tersebut.
Keesokan harinya ketika semua mahasiswa sedang
melaksanakan shlat Jum’at ledakan pun kembali terjadi, tepatnya di belakang
masjid, beberapa kendaraan pun terbakar, dan ada 2 orang korban tewas. Aku
sangat ketakutan, sebenarnya apa yang sedang terjadi saat itu, aku pun langsung
mengingat nama Allah dan mengingat keluargaku dirumah. Aku takut menjadi korban
selanjutnya. Polisi pun segera mengatasi masalah ini, namun belum ada daftar
nama tersangka karena tersangka sangat sulit untuk diketahui.
Setelah kurang dari satu bulan tak ada suara
ledakan, kembali lagi ada ledakan di tempat kuliahku. Ledakan kali ini cukup
dahsyat, ledakan tersebut membuat sebagian lantai atas terbakar dan rusak
parah. Kemudian kampusku pun diliburkan sementara untuk perbaikan. 13 kawan
seperjuanganku tewas ditempat, dan sedihnya lagi salah satu sahabatku menjadi
korban, aku sangat terpukul atas kabar tersebut. Namun aku tetap sabar dan
berserah diri kepada Allah, dan ibuku pun meneleponku saat malam. Ibuku
menanyakan kabarku apakah baik-baik saja karena ibuku tahu melalui media
televisi bahwa di kampusku telah terjadi ledakan, ia sangat khawatir
terhadapku. Aku pun mengabari ia bahwa aku baik-baik saja disini. Aku takut
ibuku cemas mendengar aku pun mengalami ketakutan.
Aku dan teman-temanku mengungsi ke tempat yang lebih
aman agar kami terhindar dari marabahaya. Polisi telah menyelidiki pelaku
pengeboman tersebut, pelaku diduga seorang teroris atau banyak juga yang
mengatakan bahwa yang melakukan hal tersebut adalah anggota ISIS, tetapi hal
tersebut belum tentu benar adanya. Aku tidak memberi kabar kepada ibuku bahwa
aku sedang mengungsi aku takut ibuku khawatir terhadapku.
Hampir setiap hari di Kairo banyak sekali suara
ledakan dan bangunan-bangunan pun banyak yang roboh, termasuk kampusku
tercinta. Ibu mengetahui bahwa tempat kuliahku rusak parah, dan aku pun
langsung memberi tahu ibu kalau aku sedang mengungsi bersama teman-temanku ke
tempat yang lebih aman. Awalnya ibuku menyuruhku untuk kembali ke Indonesia,
namun aku masih ingin tetap berada di Kairo menunggu keputusan dari pihak
Universitas Kairo tentang keberlangsungan pendidikan yang banyak tertunda
mengingat bangunannya sudah banyak yang rusak.
Salah satu temanku mengajakku untuk memerangi si
pelaku pengeboman, namun aku belum begitu berani untuk melakukannya, tetapi ia tetap
memaksa karena ia sangat marah terhadap si pelaku karena si pelaku telah banyak
menyengsarakan masyarakat banyak khususnya Kairo. Aku dan teman-temanku yang
lain pun berunjuk rasa terlebih dahulu di depan kantor DPR di Mesir menuntut
agar kasus ini segera selesai, karena menurut kami pemerintah disana tidak
serius mengusut masalah ini. Ketika itu kami merangsek masuk ke dalam kantor
tersebut, namun terhalang oleh oknum polisi, kami pun kalah dengan pasukan
mereka yang cukup banyak. Akhirnya kami pulang dengan tangan hampa.
Keesokan harinya kami berunjuk rasa kembali di
alun-alun kota Mesir sambil meneriakkan nama Raja Mesir untuk turun tangan dan
cepat mengusut tuntas kasus ini, dan sesekali kami berteriak juga kepada si
teroris untuk kembali melakukan pengeboman terhadap kami saat itu kalau berani.
Kami sangat kecewa terhadap pemerintahan Mesir yang seperti tidak menganggap
serius kasus ini. Sementara banyak sekali korban yang berjatuhan saat
pengeboman terjadi dan juga banyak bangunan-bangunan yang hancur.
4 hari kemudian, kami melakukan shalat Jum’at di
sebuah masjid dekat kantor Raja Mesir, kami melihat disana sangatlah sepi
seperti tidak ada karyawannya sama sekali. Kami bingung mengapa tidak ada yang
bertanggungjawab atas kasus yang menimpa Kairo ini.
Ketika rakaat terakhir dan semua jamaah bersujud,
terdengar suara ledakan yang sangat dahsyat dan sampai masuk ke dalam masjid,
dan masjid pun sedikit roboh bagian pintu keluarnya dan lahan parkir. Kami yang
ada di masjid tidak langsung keluar karena shalat Jum’at belum selesai
dilaksanakan, sementara yang melakukan shalat Jum’at diluar sudah banyak yang
mengalami mati syahid. Aku berdo’a di dalam hatiku agar aku tidak diambil
nyawaku terlebih dahulu karena aku belum memberikan apapun terhadap ibuku, aku
masih ingin menjalankan hidupku. Selesai shalat Jum’at kami semua mengucapkan
takbir, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar..” dengan tiada hentinya,
karena ledakan semakin merajalela. Bangunan-bangunan semuanya hampir hancur,
hanya masjid yang tersisa, kami pun merangsek keluar, berbondong-bondong
menyelamatkan diri. Ketika aku dan teman-temanku hendak berlari, tiba-tiba
bangunan Mal didekat kami roboh seketika akibat ledakan di dalamnya yang sangat
dahsyat, kami sudah pasrah dan berserah diri kepada Allah karena bangunan
tersebut tepat di depan kami dan kami tidak dapat berlari lebih jauh lagi. Subhanallah
kekuasaan Allah bangunan yang akan menimpa kami seketika tertahan oleh tiang
listrik yang cukup besar, akhirnya kami pun selamat dari kematian yang sudah di
depan mata, subhanallah Allahu Akbar. Kami pun langsung berlari ke tempat yang
lebih aman lalu bersyukur atas pertolongan yang Allah berikan kepada kami.
Lambat laun pemerintah Mesir pun menanggapi kasus
ini dengan serius, dan akan mengganti semua kerugian yang di alami oleh
masyarakat Kairo. Pihak kepolisian di sana pun telah menembak mati teroris yang
sangat keji itu, jumlahnya sekitar 100 orang lebih, alasan mereka melakukan hal
tersebut adalah ingin menghancurkan Kairo karena Kairo adalah kota yang
berpengaruh di Mesir.
Sembari menunggu kampusku normal kembali, aku pun menyempatkan
untuk pulang ke Indonesia dan meninggalkan kawanku yang ada di Kairo. Aku pun
sementara berkuliah di Indonesia dan alhamdulillah aku menjadi guru agama
sementara di sebuah SMA di Bandung dan menjadi asissten dosen di Universitas di
Jakarta. Sesekali aku pun berbagi pengalaman selama aku hidup di Kairo dengan
berbagai cobaannya, mereka yang mendengarkan kisahku pun sangat menambah
keimanannya dan aku pun cukup lega karena dapat selamat dan berjumpa keluargaku
di Indonesia.
Beberapa bulan kemudian, kawanku yang ada di Kairo
mengabarkan aku bahwa keadaan disana sudah jauh lebih baik dan tenteram, tak
ada lagi suara ledakan, dan bangunan-bangunan pun sudah bagus kembali. Tadinya
aku akan langsung kembali ke Kairo, namun aku harus menyelesaikan urusanku
terlebih dahulu di Indonesia yaitu berbagi pengalaman kepada orang banyak.
Sepertinya aku akan kembali ke Kairo tahun depan
meneruskan studiku disana dan bertemu kawan-kawanku lagi yang sangat baik dan
mengajarkanku apa itu arti hidup. Aku akan meneruskan apa yang telah didapat
oleh ayahku, aku tidak ingin mengecewakannya, apalagi ibuku. Aku akan datang
kembali ke Kairo dengan semangat yang baru.